Andaikan doa itu seperti lesatan anak panah
tentunya kita berharap lesatannya lurus dan tepat sasaran. Dan kita tidak mungkin tidak memperhatikan persiapan sebelum melesatkan anak panah tersebut dari busurnya.
Anak panah yang akan kita lesatkan harus kita pastikan kelayakannya, aman atau tidak saat digunakan nanti. Pastikan juga kelurusannya. Pastikan juga kelengkapan bagian-bagiannya, mulai dari ujung point besi tajam di bagian depan, hingga jumlah sayap yang seimbang dan simetris di bagian belakang. Dan pastikan juga bobotnya sesuai dengan kemampuan tenaga busur yang akan digunakan untuk melontarkannya.
Busurnya pun kita pastikan sesuai dengan jarak jangkauan ke sasaran. Harus sesuai juga berat tarikannya dengan kemampuan si pemanah. Dan pastinya, busur dalam kondisi layak pakai, aman bagi pengguna, dan efektif untuk digunakan.
Persiapan berikutnya adalah teknik dan sikap tubuh. Pastikan kuda-kuda kokoh agar mampu memaksimalkan tenaga dan memiliki keseimbangan saat membentangkan busur sebelum anak panah dilesatkan. Pastikan sikut, kuncian dan ujung anak panah membentuk garis lurus sejajar dengan sasaran yang diarah. Dan pastikan ketika dirilisnya kuncian, anak panah melesat dengan bersih dan tanpa hambatan terlontar keluar dari busurnya.
Persiapan alat dan teknik serta sikap tubuh kita yang benar adalah wujud ketawakalan yang sempurna kepada Allah SWT. Tawakal yang sempurna adalah dengan cara menyempurnakan ikhtiar sebelum memasrahkan kepada taqdir dan ketetapan Allah SWT. Dan upaya menyempurnakan ikhtiar itu merupakan upaya memantaskan diri dengan ketetapan dan taqdir baik yang Allah SWT akan karuniakan kepada kita.
Persiapan yang paling penting dan utama dari semua persiapan adalah keyakinan. Yakin
bahwa tembakannya akan tepat sasaran.
Doa itu serupa anak panah yang melesat dari busurnya.
Persiapan alat, teknik, sikap tubuh ibarat adab dan tatacara yang harus dipenuhi sebelum berdoa. Dan keyakinan menjadi kunci utama dijabahnya sebuah doa. Jika kita asal sembarang dalam persiapannya, dan cacat dalam keyakinannya, sedikit saja ada keraguan, jangan harap doanya seperti anak panah yang melesat lurus tepat ke sasaran.
Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah : 186)
Sebagaimana ayat diatas, syarat makbulnya doa ada 2, yaitu patuh perintah Allah SWT
(sempurna tawakal) dan beriman (yakin) kepada Allah SWT. Seringkali doa belum atau tidak terkabul, bukan karena tidak dipanjatkannya doa atau kurang detail doanya, tapi karena kurang yakin akan dikabulkannya doa tersebut oleh Allah SWT. Sedikit keraguan dalam doa, sama saja meragukan Allah SWT untuk mengabulkan doa-doanya. Seperti seorang pemanah yang meragukan anak panah yang akan melesat dari busurnya, maka sama saja ia meyakini tembakan anak panahnya akan meleset dari sasaran.
Lengkap adab dan tatacara saja tidak cukup, butuh keyakinan yang benar dan sempurna tanpa sedikitpun keraguan. Keyakinan yang benar dalam arti bukan hanya yakin doa-doanya dikabulkan, tapi juga yang terpenting yakin bahwa doanya sampai kepada Allah SWT dan Allah SWT Maha Tahu kapan saat yang tepat doa-doa tersebut harus dikabulkan. Yang terpenting bukan kabulnya doa, tergerak hati hamba dan dimudahkannya untuk berdoa saja itu sebuah karunia yang besar dari Allah SWT.
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir : 60)
Dari ayat diatas juga kita bisa memahami bahwa yang Allah SWT nilai bukan perkara doanya terkabul atau tidak, tapi apakah kita mau berdoa kepadaNya atau tidak. Karena semua doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT pasti sampai kepada Allah SWT dan pasti dikabulkan seperti halnya anak panah yang diarahkan melesat ke sasaran. Tapi orang yang tidak mau berdoa, maka sudah pasti terlepas dari rahmat dan karunia Allah SWT seperti halnya anak panah yang tidak diarahkan dan tidak dilesatkan sama sekali ke sasaran, mustahil anak panahnya sampai kepada sasaran.
Oleh : Abu Al-Kahfi
Lihat Penghargaan Kategori Lain : Fokus , Tarik , Tawakal , Fokus.Tarik.Tawakal
Al-Waqqosh “Membangun Karakter dengan Memanah”
MasyaAllah mantap, sangat mengunspirasi
masyaa Allah,
barakallah